Hj Samri b Hj Barik

Blk 141 Marsiling Road #09-2072 Singapore 730141

6001 BEACH ROAD #10-02 GOLDEN MILE TOWER S 199589

Tel: 63623005 HP: 93532086 Fax: 62942473 Tel: 62939755
email: barik_samri@yahoo.com.sg. http://samribarik.blogspot.com http://samribarik.multiply.com

SALAH SATU CONTOH KEGIATAN AKIKAH DAN KORBAN

Rabu, 10 Desember 2008

PELAKSANAAN IBADAH QURBAN DI KABUPATEN JEMBER INDONESIA

Tepat hari idul adha tanggal 08 desember 2008 haji samri barik LLBH (london) selaku penerima dan penyalur akikah dan korban melaksanakan Ibadah Qurban di Jember yang di wakilkan kepada Muhammad Zia Ulhaq. Ibadah Qurban dilaksanakan di Indonesia tepatnya di Desa Klungkung Kecamatan Sukorambi, Kabupaten Jember Propinsi Jawa timur.
Terdapat 100 ekor kambing yang disembelih berasal dari warga negara singapura serta 5 ekor kambing berasal dari warga negara malaysia. penyembelihan dilaksanakan pada jam 09.00 sampai 12.00 sedangkan pembagian daging kambing dilaksanakan jam 12.00 sampai 13.30 waktu indonesia barat. sistem yang digunakan dalam pembagian daging qurban menggunakan kupon supaya tidak terjadi perebutan daging dan menghindari adanya pengambilan daging dua kali. upaya ini dilakukan supaya pembagian daging kambing bisa merata.
Kambing Qurban yang akan di sembelih
zia ulhaq Penanggung jawab (jaket hitam) sedang
menyaksikan penyembelihan hewan qurban

zia ulhaq sedang memeriksa hewan yang sudah di sembelih

hewan qurban sedang di lepas kulitnya


hasil pemotongan daging qurban
daging qurban sedang di bungkus

masyarakat sedang antri untuk pengambilan daging
plastik hitam didalam nya terdapat daging qurban





Sabtu, 25 Oktober 2008

H.SAMRI BARIK,SH SURVEI LOKASI QURBAN DI JEMBER

Sejak tahun 1998 H.Samri Barik,SH melaksanakan Akikah dan Qurban di Indonesia. Insya Allah pada Idhul Adha 2008 beliau akan kembali melaksanakan qurban di Indonesia, tepatnya di kota Jember, Bangil dan Pulau Bawean. Untuk qurban di Jember, H.Samri Barik,SH telah menyiapkan 100 (seratus) ekor kambing untuk disembeli dan dibagikan pada masyarakat di desa Klungkung Jember Jawa Timur.

Gambaran Sosiologis Masyarakat Klungkung Jember

Jember adalah kabupaten di Jawa Timur yang mempunyai aktivitas ekonomi yang cukup tinggi sehingga memberikan pengaruh yang signifikan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi, termasuk didalamnya meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakatnya. Namun demikian, pertumbuhan ekonomi yang terjadi ternyata belum merata dirasakan oleh seluruh masyarakat Jember. Salah satu indikatornya adalah lemahnya akses masyarakat terhadap pekerjaan, kesehatan dan pendidikan, yang mencerminkan masih adanya kantong-kantong kemiskinan di kota Jember, khususnya masyarakat yang tinggal di desa Klungkung.

Desa Klungkung merupakan salah satu bagian wilayah perbukitan yang sangat ter-marginal-kan, dimana posisi desa Klungkung sangat jauh dengan akses kesehatan, kantor-kantor pemerintahan, dan minimnya infrastruktur (salah satunya listrik yang belum memadai). Mayoritas tempat tinggal masyarakat Klungkung masih terbuat dari ‘gedek” (anyaman bambu). Dengan kondisi seperti itu desa-desa di lereng bukit sangat potensial menjadi kantong-kantong kemiskinan. Kesulitan mengatasi masalah kemiskinan di desa yang terletak di lereng bukit menjadikan wilayah tersebut rawan di bidang sosial ekonomi. Kerawanan di bidang sosial ekonomi dapat menjadi lahan subur bagi timbulnya kerawanan-kerawanan di bidang kehidupan yang lain.

Kerawanan pada akses pekerjaan, dimana rata-rata masyarakat Klungkung bekerja sebagai petani (petani penggarap). Telah kita ketahui bersama rapuhnya sektor pertanian Indonesia yang diawali oleh penerapan revolusi hijau, pun tidak terkecuali dengan kehidupan masyarakat Klungkung. Mereka menjadi salah satu kelompok yang terkena dampak dari penerapan kebijakan pertanian pemerintah yang “salah kaprah”. Seperti hal nya masyarakat petani yang lain, masyarakat Klungkung pun tidak punya kekuasaan atas lahan pertanian. Rata-rata lahan pertanian di desa Klungkung dikuasai oleh perusahaan tembakau. Dimana posisi masyarakat Klungkung pada produksi ekonomi hanya sebagai petani penggarap yang berkerja pada musim tanam dan musim petik daun tembakau. Waktu senggang antara musim tanam dan petik adalah masa-masa yang sulit bagi masyarakat Klungkung, dimana mereka harus mencari peluang pekerjaan yang lain untuk tetap bertahan hidup.

Kerawanan pada akses pekerjaan berdampak sifnifikan pada akses yang lain, yaitu akses pada kesehatan dan pendidikan. Posisi desa Klungkung yang terletak di lereng bukit menjadi faktor lain yang membatasi lemahnya akses masyarakat Klungkung terhadap klinik-klinik kesehatan. Yang tersedia hanyalah “mantri” desa, pun jumlahnya sangat terbatas. Seringkali masyarakat Klungkung harus “ngutang” dulu biaya berobat mereka ke sang mantri. Kondisi ini seolah-olah menjadi tradisi. Penyakit gondok adalah menyakit mayoritas masyarakat Klungkung. Dimana mereka belum beralih mengkonsumsi garam yang beryodium. Keterbatasan ekonomi dan pengetahuan tentang kesehatan merupakan faktor yang memperlambat pergeseran prilaku dan kesadaran akan pentingnya kesehatan.

Atas dasar kondisi sosial diatas, H.Samri Barik,SH memillih desa Klungkung sebagai lokasi penyembelian dan pembagian hewan qurban pada Idhul Adha 2008.

berikut akan di tampilkan foto-foto perjalanan Haji Samri Barik SH menuju kota jember
gambar1. Stasiun Gubeng Surabaya Jawa Timur

Gambar 2. Foto H. Samri Barik SH, pada saat tiba di stasiun Gubeng

Gambar 3. Foto Haji Samri Barik SH. di atas kereta api

Gambar 4. Foto Haji Samri Barik SH. tiba di stasiun kota jember

Gambar 5. Foto Haji Samri Barik SH. tiba di Halaman Hotel Merdeka kota jember

Gambar 6. Foto Haji Samri Barik SH. dan Muhammad Zia Ulhaq (Koordinator Qurban di jember)
tiba di Halaman Rumah Makan Terapung kota jember
Gambar 7. foto rumah edy penjual kambing di desa klungkung


Gambar 8. Foto kondisi rumah warga di tempat pelaksanaan penyembelihan Qurban Desa klungkung kecamatan sukorambi kabupaten Jember

Gambar 9. Foto Kandang Kambing di Desa Klungkung

Gambar 10. H. Samri Barik Tinjau kandang kambing bersama petugas kesehatan setempat Pak Bom-bom(baju kuning) dan Penjual Kambing mas edy (baju hem lengan pendek) dan ulhaq

Gambar 11. Haji Samri Barik SH. Bersama Kiyai Pak Hom (yang menyembelih kambing) desa klungkung
Gambar 12. Foto Tim Qurban Tahun 2008 desa Klungkung

Minggu, 07 September 2008

SEKILAS TENTANG AKIKAH

Aqiqah berasal dari kata ‘Aqq yang secara literal berarti memutus dan melubangi, dinamakan demikian karena lehernya dipotong. Adapun maknanya secara syari’at adalah hewan yang disembelih untuk menebus bayi yang dilahirkan.

Hukum aqiqah menurut pendapat yang paling kuat adalah sunnah muakkadah, dan ini adalah pendapat Jumhur Ulama, berdasarkan anjuran Rasululloh SAW dan praktek langsung beliau: “Bersama anak laki-laki ada aqiqah, maka tumpahkan (penebus) darinya darah (sembelihan) dan bersihkan darinya kotoran (Maksudnya cukur rambutnya).” (HR: Ahmad, Al Bukhari dan Ashhabus Sunan).

Sabda Rasulullah yang artinya: “maka tumpahkan (penebus) darinya darah (sembelihan),” adalah perintah, namun bukan bersifat wajib, karena ada sabdanya yang memalingkan dari kewajiban yaitu: “Barangsiapa di antara kalian ada yang ingin menyembelihkan bagi anak-nya, maka silahkan lakukan.” (HR: Ahmad, Abu Dawud dan An Nasai dengan sanad yang hasan). Maka sabda beliau diatas merupakan dalil yang sunnah.

Akikah memiliki beberapa hikmah, antara lain:
1. Menghidupkan sunnah Nabi Ibrahim AS.
2. Merupakan bentuk taqarrub kepada Allah SWT dari si anak di saat awal dia keluar di dunia, dan si anak sangat mengambil manfaat darinya sebagaimana dia mengambil manfaat dengan doa.
3. Sebagai ungkapan syukur nikmat atas dikaruniakan anak

Kadar aqiqah yang mencukupi adalah satu ekor kambing atau domba baik untuk laki-laki ataupun untuk perempuan, sebagaimana perkataan Ibnu Abbas RA: “Sesungguh-nya Nabi SAW mengaqiqahi Hasan dan Husain satu domba satu domba.” (Hadits shahih riwayat Abu Dawud dan Ibnu Al Jarud)

Ini adalah kadar cukup dan boleh, namun yang lebih utama adalah mengaqiqahi anak laki-laki dengan dua ekor, ini berdasarkan hadits-hadits berikut ini:
-Ummu Kurz Al Ka’biyyah berkata, yang artinya: “Nabi SAW memerintahkan agar dsembelihkan aqiqah dari anak laki-laki dua ekor domba dan dari anak perempuan satu ekor.” (Hadits sanadnya shahih riwayat Imam Ahmad dan Ashhabus Sunan)
-Dari Aisyah RA berkata, yang artinya: “Nabi SAW memerintahkan mereka agar disembelihkan aqiqah dari anak laki-laki dua ekor domba yang sepadan dan dari anak perempuan satu ekor.” (Shahih riwayat At Tirmidzi). Hal tersebut dikarenakan laki-laki adalah dua kali lipat wanita dalam banyak hal.

Pelaksanaan aqiqah disunnahkan pada hari ketujuh dari kelahiran, ini berdasarkan sabda Nabi SAW, yang artinya: “Setiap anak itu tergadai dengan hewan aqiqahnya, disembelih darinya pada hari ketujuh, dan dia dicukur, dan diberi nama.” (HR: Imam Ahmad dan Ashhabus Sunan, dan dishahihkan oleh At Tirmidzi)

Dan bila tidak bisa melaksanakannya pada hari ketujuh, maka bisa dilaksanakan pada hari ke empat belas, dan bila tidak bisa, maka pada hari ke dua puluh satu, ini berdasarkan hadits Abdullah Ibnu Buraidah dari ayahnya dari Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam, beliau berkata yang artinya: “Hewan aqiqah itu disembelih pada hari ketujuh, ke empat belas, dan ke dua puluh satu.” (Hadits hasan riwayat Al Baihaqiy)

Namun setelah tiga minggu masih tidak mampu maka kapan saja pelaksanaannya di kala sudah mampu, karena pelaksanaan pada hari-hari ketujuh, keempat belas dan kedua puluh satu adalah sifatnya sunnah dan paling utama bukan wajib. Dan boleh juga melaksanakannya sebelum hari ke tujuh.

Bayi yang meninggal dunia sebelum hari ketujuh disunnahkan juga untuk disembelihkan aqiqahnya, bahkan meskipun bayi yang keguguran dengan syarat sudah berusia empat bulan di dalam kandungan ibunya.

Adapun dagingnya, maka orang tua anak bisa memakannya, menghadiahkan sebagian dagingnya, dan mensedekahkan sebagian lagi. Syaikh Utsaimin berkata: Dan tidak apa-apa dia mensedekahkan darinya dan mengumpulkan kerabat dan tetangga untuk menyantap makanan daging aqiqah yang sudah matang. Syaikh Jibrin berkata: Sunnahnya dia memakan sepertiganya, menghadiahkan sepertiganya kepada sahabat-sahabatnya, dan mensedekahkan sepertiga lagi kepada kaum muslimin, dan boleh mengundang teman-teman dan kerabat untuk menyantapnya, atau boleh juga dia mensedekahkan semuanya. Syaikh Ibnu Bazz berkata: Dan engkau bebas memilih antara mensedekahkan seluruhnya atau sebagiannya dan memasaknya kemudian mengundang orang yang engkau lihat pantas diundang dari kalangan kerabat, tetangga, teman-teman seiman dan sebagian orang faqir untuk menyantapnya, dan hal serupa dikatakan oleh Ulama-ulama yang terhimpun di dalam Al lajnah Ad Daimah.[]

Referensi
· http://id.wikipedia.org/wiki/Aqiqah
· Subulussalam (4/189, 4/190, 4/194)
· Al Asilah Wal Ajwibah Al Fiqhiyyah (3/33-35, 3/39-40)
· Mukhtashar Al Fiqhil Islamiyy 600
· Tuhfatul Wadud Fi Ahkamil Maulud, Ibnu Al Qayyim 46-47
· Al Muntaqaa 5/195-196
· Mulakhkhash Al Fiqhil Islamiy 1/318
· Fatawa Islamiyyah 2/324-327; Irwaul Ghalil (4/389, 4/405)
· Minhajul Muslim, Abu Bakar Al Jazairiy 437

Selasa, 12 Agustus 2008

KAPADA YTH SAUDARAKU
muslimin dan muslimat sekelian

PENGUMUMAN
Dengan surat ini saya membuat pengumuman bahawa saya sedia menerima amanah2 sabagai berikut untok di kirimkan ka Tg Priok, (Jakarta Utara), Jawa Timur, dan Pulau Bawean.

1. Akikah /korban dengan harga $160/- per ekor kambing.korban lembu $ 900

2. Fidyah

3. Sedekah anak2 yatim.fakir miskin

4. Sedekah kain kafan

5. Zakat peribadi

6. Khatamal Quran $100/- per kiriman untok almarhum/ah ibu/ayah/isteri/suami (PERMOHONAN untok Ramadan 2008 harus di buat SEKARANG)

7. Infak/masjid/madrasah

8. Sedekah makan berbuka puasa di bulan Ramadan (IFTAR)

9. Pengiriman badal haji $1,000/- diterima untok tahun 2008

10. Kiriman pembacaan yasin 30 hari salepas salat asar. $ 100

Sakiranya anda berhajat kapada salah satu daripada hal ibadah diatas, sila hubongi saya di alamat diatas dengan sacepat mungkin.
JUGA PEMBAYARAN BOLEH DI LAKUKAN SABAGAI BERIKUT BESERTA BORANG KIRIMAN EMAIL/POST ANDA :
1. MELALUI REKENING MAYBANK NO.POSB NO: 032-77259-5
2. MELALUI CHEK DI ALAMATKAN KAPADA "SAMRI BIN BARIK" DI ALAMAT : 6001 BEACH ROAD #10-02 GOLDEN MILE TOWER SINGAPORE 199589
3. ATAU DATANG KA PEJABAT KAMI BERALAMAT DI ATAS DENGEN PANGGILAN TALIPON HP 93532086 ATAU 62939755.


Sekian,

Hormat saya,



Hj Samri bin Hj Barik
LL B Hons (London)

Mengerjakan Korban Mengikuti Sunah

ULAMA ahli sunnah wal jamaah telah menetapkan satu kaedah asas dalam menentukan sama ada amal ibadah kita diterima atau ditolak Allah. Adalah penting bagi kita untuk benar-benar memahami kaedah asas ini agar kita tidak melakukan amalan yang sia-sia kerana ia tidak diterima Allah.


Kaedah yang dimaksudkan oleh penulis adalah amal ibadah tersebut hendaklah dikerjakan semata-mata ikhlas kerana Allah dan mengikuti (ittiba’) sunah Nabi s.a.w.

Firman Allah s.w.t: Dialah yang telah mentakdirkan adanya mati dan hidup (kamu) untuk menguji dan menzahirkan keadaan kamu, siapakah antara kamu yang lebih baik amalnya dan Dia Maha Berkuasa (membalas amal kamu) lagi Maha Pengampun (bagi orang- orang yang bertaubat). (al-Mulk: 2)

Menurut Fudhail bin ‘Iyaadh r.a, “Maksud ‘amalan yang lebih baik’ ialah yang paling ikhlas dan paling benar. Mereka bertanya: Wahai Ali (nama gelaran untuk Fudhail bin ‘Iyaadh)! Apakah yang dimaksudkan dengan paling benar dan yang paling ikhlas? Jawab Fudhail: Sesungguhnya amal itu apabila dikerjakan dengan ikhlas tetapi tidak benar, nescaya tidak akan diterima dan apabila amal itu dikerjakan dengan benar tetapi tidak ikhlas, juga tidak akan diterima sehingga amal itu dikerjakan dengan ikhlas dan benar. Yang dimaksudkan dengan ikhlas ialah amal itu kerana Allah dan yang dimaksudkan dengan benar ialah amal itu di atas dasar sunah.”

Tambahan pula Rasulullah s.a.w. ialah contoh teladan terbaik kepada seluruh umat Islam. Ini dijelaskan sebagaimana firman Allah: Demi sesungguhnya, adalah bagi kamu pada diri Rasulullah itu contoh ikutan yang baik, iaitu bagi orang yang sentiasa mengharapkan (keredaan) Allah dan (balasan baik) hari akhirat, serta ia pula menyebut dan mengingati Allah banyak-banyak (dalam masa susah dan senang). (al-Ahzaab: 21)

Oleh itu, sewajarnya dalam melaksanakan ibadah korban bersempena dengan perayaan Aidiladha ini, kita berusaha sedaya upaya mencontohi sunah Baginda seperti berikut:

* Waktu perlaksanaan ibadah korban.

Menyembelih binatang korban hanya boleh dilaksanakan setelah selesai solat Hari Raya Aidiladha dan berlanjutan sehingga akhir hari Tasyriq, iaitu tiga hari selepas solat Hari Raya Aidiladha. Oleh itu, penyembelihan haiwan korban boleh dilaksanakan pada 10, 11, 12 dan 13 Zulhijjah.

Sabda Rasulullah: Sesungguhnya perkara pertama yang kita mulakan pada hari ini (Aidiladha) ialah kita solat kemudian menyembelih (bintang korban). Oleh itu, sesiapa yang melakukan sebegitu dia telah menepati sunah kami. Sesiapa yang menyembelih sebelum solat, sesungguhnya sembelihan itu hanyalah menjadi daging untuk diberikan kepada keluarganya (sedekah) bukan termasuk binatang korban. (riwayat Muslim di dalam Sahihnya no: 1961)

Sabda Rasulullah lagi, “Seluruh hari Tasyriq merupakan waktu penyembelihan”. (riwayat Ahmad di dalam Musnadnya no: 16151).

* Haiwan korban tersebut tidak memiliki kecacatan.

Hendaklah dipastikan haiwan yang hendak dikorbankan itu adalah dari jenis baka yang baik serta tidak memiliki kecacatan seperti buta, tempang, kurus, tanduk patah, telinga terkoyak, lemah dan penyakit lain.

Sabda Rasulullah: Empat jenis binatang yang tidak dibolehkan dalam ibadah korban: Buta sebelah matanya yang jelas butanya, sakit yang jelas sakitnya, tempang yang jelas bengkoknya, tidak berdaya berjalan dan yang tidak mempunyai lemak (kurus). (riwayat Abu Daud dalam Sunannya no: 2420).




* Seekor unta atau lembu boleh dibahagikan kepada tujuh bahagian.

Jabir r.a berkata: Kami pernah menyembelih (haiwan korban) bersama Rasulullah ketika di Hudaibiah. Seekor unta untuk tujuh orang dan menyembelih lembu untuk tujuh orang bersama-bersama Rasulullah. (riwayat Muslim di dalam Sahihnya no: 1318).

Adapun bagi kambing hanya diperbolehkan untuk satu penama sahaja.

* Boleh berkorban untuk diri sendiri serta ahli keluarganya.

Seseorang dibenarkan berkorban dan berkongsi pahalanya bagi dirinya sendiri serta bagi pihak keluarganya sekalipun jumlah yang ramai dan hanya dengan seekor kambing atau sebahagian daripada tujuh bahagian itu.

Atha’ bin Yassar pernah bertanya kepada Abu Ayyub al-Ansori tentang cara berkorban pada zaman Rasulullah. Lalu Abu Ayyub menjawab: “Dulu seseorang berkorban seekor kambing untuk dirinya dan keluarganya lalu mereka memakannya dan membahagikannya kepada orang lain.” (riwayat al-Tirmizi di dalam Sunannya no: 1425).

* Ibadah korban dilaksanakan di musolla.

Disunatkan melaksanakan ibadah korban di tanah lapang yang digunakan untuk mengerjakan solat Aidiladha (musolla) demi memperlihatkan syiar Islam.

Menurut Ibnu Umar r.a, Rasulullah bersabda: Sudah menjadi kebiasaan Baginda menyembelih dan berkorban di musolla. (riwayat Bukhari di dalam Sahihnya no: 5552).

* Sunat menyembelih sendiri haiwan korban.

Sunah dan afdal mereka yang ingin melaksanakan ibadah korban tersebut agar menyembelih haiwan korbannya dengan tangannya sendiri.

Anas r.a berkata: Nabi s.a.w pernah berkorban dengan dua ekor kambing biri-biri yang bagus lagi bertanduk. Baginda menyembelih kedua-duanya dengan tangan Baginda sendiri. (riwayat al-Bukhari di dalam Sahihnya no: 5565).

Namun, dibolehkan juga bagi mereka yang ingin berkorban mewakilkan penyembelihan kepada orang Islam yang lain.

* Menyembelih haiwan korban mengikut sunah.

Hendaklah menyembelih haiwan korban menggunakan objek yang tajam seperti pisau dan dilakukan dengan cepat agar haiwan tersebut mati dengan serta-merta.

Sabda Rasulullah: Sesungguhnya Allah telah mewajibkan untuk berbuat baik dalam segala hal. Ketika kalian membunuh, maka berbuat baiklah dalam membunuh tersebut, dan ketika kamu menyembelih berbuat baiklah dalam penyembelihan, dan hendaknya salah seorang di antara kalian menajamkan pisaunya dan memudahkan untuk haiwan sembelihannya. (riwayat Muslim di dalam Sahihnya no: 1955)

Sebelum menyembelih, baringkan haiwan korban tersebut pada sebelah sisi kirinya agar mudah memegang pisau dengan tangan kanan dan memegang atau menahan lehernya dengan tangan kiri. Ketika menyembelih hendaklah membaca bismillahi wallahu akbar.

* Daging korban tersebut boleh dimakan, disedekah dan dihadiahkan.

Sunat bagi keluarga yang melakukan ibadah korban turut memakan sebahagian daging, menghadiahkan sebahagiannya kepada orang lain dan menyedekahkan sebahagian yang lain. Malah, mereka juga boleh menyimpan daging tersebut.

Sabda Nabi s.a.w: Makan dan simpanlah serta sedekahkanlah (daging korban itu). (riwayat Muslim di dalam Sahihnya no: 1971).

* Tidak boleh mengupah tukang sembelih dengan daging korban.

Sudah menjadi lumrah bagi masjid-masjid di Malaysia memberi tukang sembelih daging korban tersebut sebagai upah bagi kerjanya. Perbuatan ini bertentangan dengan syarak dan dilarang keras oleh Rasulullah.

Upah kepada tukang sembelih hendaklah diberi menggunakan harta sendiri dan bukannya dari hasil daging binatang korban itu.

Ali r.a berkata, Nabi s.a.w pernah menyuruhku menyempurnakan seekor unta milik Baginda kemudian menyedekahkan daging, kulit dan apa yang menutupi belakang unta-unta itu (seperti pelana dan seumpamanya) serta aku juga tidak memberi apa pun kepada tukang sembelih tersebut. Dia berkata: Kami memberinya dengan harta kami sendiri. (riwayat Muslim di dalam Sahihnya no: 1317).

* Tidak boleh berkongsi haiwan korban bagi ibadah korban dan akikah.

Ada segelintir umat Islam yang menggabungkan ibadah korban dan akikah dengan menggunakan formula dua dalam satu.

Hal ini sebenarnya tidak memiliki sebarang dalil yang sabit daripada Rasulullah. Syaikh Abu Muhammad ‘Ishom bin Mar’i dalam kitabnya Ahkamul Aqiqah berkata: “Dalam masalah ini pendapat yang benar adalah tidak sah menggabungkan niat akikah dengan korban. Sebab akikah dan korban adalah ibadah yang berbeza jika ditinjau dari segi bentuknya dan tidak ada dalil yang menjelaskan sahnya mengerjakan salah satunya dengan niat dua amalan sekali gus. Sedangkan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Rasulullah dan Allah tidak pernah lupa.”

** Jumhur ulama berpendapat boleh melakukan 'akikah dengan seekor kambing, unta atau lembu, akan tetapi mereka berbeza pendapat, adakah 'akikah mengambil hukum adhiyah (korban), atau sama dengan hukum korban, sehingga akikah boleh berkongsi pada seekor lembu atau unta?

Ini adalah masaalah khilafiyah, ulama-ulama mazhab al-Sayfie berpendapat boleh kerana melihat akikah adalah sama dengan korban yang boleh berkogsi bahagian sepertimana yang disebut oleh al-Imam al-Nawawi. Manakala ulama-ulama mazhab Hambali dan Maliki berpendapat tidak boleh, jika seseorang hendak melakukan akikah dengan seekor lembu contohnya, ia hanyalah untuk seorang anak sahaja tidak boleh berkongsi bahagian kerana bagi mereka akikah tidak sama hukumnya dengan korban dalam bab bolehnya berkongsi bahagian.

Di dalam laman islam-qa menyebut: "dan yang lebih hampir (الأقرب), bahawasanya ia ('akikah) tidak boleh berkongsi (niat), dan inilah (mazhab yang lebih hampir kepada kebenaran) mazhab al-Malikiyyah dan al-Hanabilah." (lihat al-Mausu'ah al-Fiqhiyyah 30/279)